Arya Nur Attabiq, mahasiswa Bursa Uludag University Turki dan alumnus Pondok Tasywiqul Furqon Kajeksan, Kota Kudus
Puasa, sebagai salah satu praktik ibadah dalam Islam, memiliki makna yang mendalam bagi umat Muslim di seluruh dunia.
Indonesia, yang merupakan Negara dengan mayoritas penduduk, ibadah puasa menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari, terlebih puasa wajib; Ramadan.
Ramadan tahun ini, adalah pertama kalinya saya menjalankan puasa di Negeri Rantau, yakni di Turki. Tentu saja, puasa tahun ini akan memberikan pengalaman berbeda Ketika saya di Indonesia.
Apa bedanya berpuasa di Indonesia dengan di Turki?
- Makna Spiritual: Baik di Turki maupun di Indonesia, puasa memiliki makna spiritual yang mendalam bagi umat Muslim. Puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan haus (dahaga), tetapi juga tentang introspeksi, pengendalian diri dan meningkatkan hubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
- Tradisi dan Budaya: Tentu ada perbedaan-perbedaan tradisi dan budaya di Turki dan Indonesia dalam berpuasa, tetapi keduanya memiliki tradisi yang kaya terkait puasa dan Ramadan. Terutama mulai dari berbagi hidangan berbuka puasa saat Ramadan, hingga meningkatnya kegiatan-kegiatan keagamaan.
- Solidaritas Sosial: Baik di Turki maupun Indonesia, Ramadan seringkali menjadi waktu di mana orang-orang lebih memperhatikan kebutuhan sesama, seperti memberi makanan kepada yang kurang mampu, berbagi dengan tetangga dan keluarga.
Selain adanya berbagai persamaan saat puasa (Ramadan) antara Turki dan Indonesia, tetapi ada juga yang berbeda, tentunya. Apa saja itu?
- Lama Berpuasa: Salah satu perbedaan utama adalah durasi puasa. Di Turki, waktu berbuka puasa mungkin terjadi sedikit lebih panjang dibandingkan dengan di Indonesia, karena perbedaan geografis. Waktu matahari terbit juga waktu matahari terbenam. Ini dapat membuat waktu berpuasa menjadi sedikit lebih lama, perkiraan lebih lama sekira 30 – 45 menit.
- Kehidupan Sehari-hari: Meskipun puasa adalah bagian dari kehidupan sehari-hari di Turki, tidak semua penduduknya berpuasa. Turki adalah Ngara yang sangat beragam secara budaya dan agama, termasuk banyak orang non-Muslim di sana. Oleh karena itu, suasana Ramadan mungkin terasa sedikit berbeda daripada di Indonesia, yang mayoritas penduduknya adalah Muslim. Ditambah dengan perbedaan kepercayaan muslim di Turki dan di Indonesia yang cukup berbeda, sehingga di Turki tidak ada perayaan-perayaan besar layaknya di Indonesia. Misal: di Kudus tradisi Dandhangan untuk menyambut Ramadan atau masyarakat di masjid ramai mengadakan pengajian kemudian ada pembagian takjil gratis. Di Turki hanya ada pembagian bahan makanan pokok kepada mahasiswa asing dari sebuah lembaga bernama “IpekYolu” untuk membuat makanan seperti çorba, pilav, atau kofte.
- Pakaian dan Identitas: Di Turki, meskipun mayoritas penduduknya Muslim, namun tidak semua orang memakai pakaian tradisional Muslim atau berpenampilan secara khas sebagai Muslim. Ini berbeda dengan Indonesia, di identitas diri sebagai seorang Muslim seringkali tecermin dari pakaian yang dikenakan.
Akan tetapi, meski ada beberapa perbedaan tersebut, esensi puasa tetap sama di mana pun umat Muslim berada. Puasa tidak hanya tentang menahan diri dari makanan dan minuman, juga tentang menjaga hati dan perbuatan serta meningkatkan kualitas spiritual.
Dengan demikian, baik di Turki maupun di Indonesia, Ramadan tetap menjadi momentum yang berharga bagi umat Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah di satu sisi, dan meningkatkan kesadaran akan solidaritas sosial di sisi yang lain.