Oleh: Muhammad Ashfa Hana
Bulan Ramadan merupakan bulan (syahru) Al-Quran. Mengapa disebut dengan bulan Al-Quran? Ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran surat Al Baqarah ayat 185:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
Artinya: “Bulan Ramadan adalah bulan diturunkannya Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan sebagai pembeda”.
Ramadan juga dikenal sebagai bulan di mana Al-Quran pertama kali diturunkan, yaitu pada saat malam Lailatul Qadar, dijelaskan firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al Qadar ayat pertama:
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada Lailatul Qadar”.
Pada ayat tersebut ulama berpendapat, bahwa yang dimaksud turunnya Al-Quran di bulan Ramadan pada malam Lailatul Qadar adalah turun secara sekaligus bukan berangsur-angsur.
Akan tetapi bukan langsung turun ke bumi melainkan ke Lauh al-Mahfuz terlebih dahulu.
Firman Allah dalam Al-Quran surat Al Buruj ayat 21 dan 22 menyebutkan:
بَلْ هُوَ قُرْءَانٌ مَّجِيدٌ
Artinya: “Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al-Quran yang mulia”
فِى لَوْحٍ مَّحْفُوظٍۭ
Artinya: “Yang (tersimpan) dalam Lauh al-Mahfuz”.
Kemudian turun ke Baitul Izzah yaitu langit yang paling dekat dengan bumi, diturunkan secara sekaligus bertepatan pada malam Lailatul Qadar di bulan Ramadan .
Baru setelah dari Baitul Izzah, kemudian Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad di bumi secara berangsur-angsur, ayat demi ayat, melalui perantara Malaikat Jibril.
Hal tersebutlah yang membedakan kitab suci Al-Quran dengan kitab suci lainnya yang turun secara sekaligus, misalnya kitab Taurat yang diturunkan secara sekaligus ke Gunung Sinai ketika Nabi Musa berkhalwat selama 40 hari.
Berbeda dengan Kitab Taurat pada saat turun ke Gunung Sinai tidak terjadi hal apapun, sedang Al-Quran jika saja diturunkan ke gunung, maka gunung tersebut akan hancur.
Dijelaskan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Quran surat Al Hasyr ayat 21:
لَوْ اَنْزَلْنَا هٰذَا الْقُرْاٰنَ عَلٰى جَبَلٍ لَّرَاَيْتَهٗ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ ۗوَتِلْكَ الْاَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ
Artinya: Seandainya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah karena takut kepada Allah. Perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia, agar mereka berpikir”
Maka dari itu, Al-Quran turun langsung ke qalbi Nabi Muhammad yang kuat menyangga Al-Quran.
Dikisahkan, pernah suatu ketika pada saat Nabi Muhammad duduk di atas punggung kuda dalam sebuah perjalanan, Baginda Nabi mendapatkan wahyu. lalu kuda yang Nabi muhammad tunggangi tersebut pun langsung jatuh karena beratnya menanggung wahyu.
Oleh sebab itu, Al-Quran diturunkan kepada Nabi yang terbaik, yaitu Nabi Muhammmad, dan disampaikan kepada umat yang terbaik, yakni umat Muhammad, kemudian diturunkan pada saat malam yang terbaik pula; malam Lailatul Qadar.
Secara kuantitas, kita (umat Nabi Muhammad) memang kalah dengan umat terdahulu, akan tetapi secara kualitas ibadah, kita tidak kalah dengan umat terdahulu.
Umat Muhammad adalah umat yang diberkahi oleh Allah dengan adanya bulan Ramadan. Sebuah bulan, yang di dalamnya terdapat malam Lailatul Qadar, yang disebutkan sebagai malam nilai lebih baik daripadi seribu bulan. Wallahu a’lam. (*)
Muhammad Ashfa Hana, adalah alumnus Pondok Tasywiqul Furqon Kajeksan, Kota, Kudus.