Oleh: Muhammad Afif Zainul Mustofa
Pada Ramadan, banyak sekali peristiwa menakjubkan dan Istimewa. Salah satunya adalah lailatul qadar, yang disebut (dijelaskan) sebagai salah satu malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Dijelaskan dalam Al Quran Surah Al Qadr ayat 1: اِنَّاۤ اَنۡزَلۡنٰهُ فِىۡ لَيۡلَةِ الۡقَدۡرِ
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam qadar.
Imam Jalaluddin al-Mahali dalam Tafsir Jalalain menafsirkan kata “Inna anzalnahu” dengan: “Sungguh telah kami turunkan Al-Quran sekaligus dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia. Sedang kata “fi lailatil qadr” dimaknai sebagai malam yang mulia nan agung.
Mengapa lailatul qadar itu nilainya lebih baik daripada seribu bulan?
Dijelaskan, lailatul qadar nilainya lebih baik dari seribu bulan, karena pada malam itu para malaikat turun ke bumi, dan menetapkan segala urusan manusia mulai dari rizki, jodoh, mati dan lainnya.
Kapan lailatul qadar itu terjadi? Bagaimana ciri-ciri lailatul qadar?
Hujjatul Islam, Imam Al Ghazali, menjelaskan, bahwa ciri-ciri lailatul qadar dapat diketahui dengan melihat awal hari dari Ramadan:
- Jika awal Ramadan jatuh pada Ahad atau Rabu, maka lailatul qadar kemungkinan terjadi pada malam 29 Ramadan.
- Jika awal Ramadan jatuh pada Senin, maka lailatul qadar kemungkinan jatuh pada malam 21 Ramadan.
- Selanjutnya, jika awal Ramadan jatuh pada Selasa atau Jum’at, maka lailatul qadar dimungkinkan terjadi pada malam 27 Ramadan.
- Kemudian jika awal Ramadan jatuh pada Kamis, maka lailatul qadar kemungkinan terjadi pada malam 25 Ramadan.
- Dan jika awal Ramadan jatuh pada Sabtu, maka lailatul qadar kemungkinan akan terjadi pada malam 23 Ramadan.
Namun demikian, sebagian ulama tidak pernah melewatkan lailatul qadar dengan menggunakan penjelasan dari Imam Al Ghazali tersebut.
Dan jika menilik dari penjelasan Imam Al Ghazali itu, maka kemungkinan lailatul qadar pada Ramadan 1445 H, ini dimungkinkan terjadi pada malam 27 Ramadan, karrna awal Ramadan 1445 H jatuh pada Rabu. Wallahu a’lam. (*)
Muhammad Afif Zainul Mustofa,
Penulis adalah santri Pondok Pesantren Tasywiqul Furqon, Kajeksan, Kota, Kudus